Reportase Expose.com, Sendawar – Skandal Jembatan Aji Tulur Jejangkat (ATJ) di Melak Ilir, Kutai Barat, kian menyerupai proyek hantu yang menyandera miliaran rupiah uang rakyat tanpa kejelasan arah dan tanggung jawab. Meski telah mangkrak lebih dari satu dekade, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat (Kubar) dinilai masih gagap dalam mengambil kebijakan strategis untuk menyelamatkan proyek ini.
Ketua DPP LSM Gerakan Pandawa Bertuah (LSM–RADAR), Hertin Armansyah, dengan tegas mendesak pemerintah daerah agar tidak lagi bermain-main dengan dana publik.
“Jangan serta-merta kembali menganggarkan proyek yang sudah menelan ratusan miliar rupiah uang rakyat. Pemerintah daerah harus transparan dan bertanggung jawab,” ujarnya kepada reportaseexpose.com, Kamis (25/09/2025).
Lebih memprihatinkan, proyek Jembatan ATJ disebut-sebut telah masuk radar penyelidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Informasi mencuat bahwa sejumlah dokumen penting hilang tanpa jejak.
Salah satu indikasi kekacauan pengelolaan proyek adalah munculnya penganggaran redesain jembatan senilai hampir Rp3 miliar, yang dimenangkan oleh PT Wira Widyatama. Ironisnya, hasil redesain ini tidak bersifat mengikat dan belum memiliki kepastian waktu pelaksanaan. Padahal, desain awal seharusnya bisa menjadi acuan untuk melanjutkan proyek.
“Kalau pemerintah menyatakan fisik jembatan masih layak, apakah itu hasil audit teknis resmi? Apakah sudah ada audit keuangan dan studi kelayakan terbaru? Atau sekadar asumsi untuk menenangkan publik?” sindirnya.
Situasi makin pelik karena KPK telah memberikan sinyal keras, jika proyek ingin dilanjutkan, maka harus ada Legal Opinion (LO) dari Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur. Tapi masalah utamanya, dokumen yang dinyatakan hilang oleh dinas teknis masih belum jelas keberadaannya.
“Bayangkan, proyek ini mangkrak lebih dari 10 tahun. Kalau ditotal dengan proyek mangkrak lainnya, uang rakyat yang hilang bisa menyentuh angka Rp1,1 triliun lebih. Ini bukan angka kecil. Ini skandal besar,” ujar Hertin geram.
Deretan Proyek Mangkrak: Warisan Multiyears 2012–2015 yang Tak Kunjung Usai di era Ismail Thomas saat menjabat Bupati Kutai Barat dua periode.
Jembatan ATJ adalah bagian dari 25 proyek multiyears 2012–2015 yang disepakati antara Pemkab dan DPRD Kutai Barat pada 2012. Dari total tersebut, sedikitnya empat proyek utama diketahui mangkrak sejak 2015:
- Jalan Simpang Ombau – Juaq Asa – Linggang Amer – Mencelew → Rp468,2 miliar
- Proyek Kristen Center → Rp52,9 miliar
- Pelabuhan Sendawar → Rp58,6 miliar
- Jembatan ATJ → Rp352,6 miliar
Ditambah proyek-proyek penunjang yang juga belum selesai:
- Jembatan Pendekat ATJ sisi Melak Ilir → Rp37,2 miliar
- Jembatan Pendekat ATJ sisi Melak Seberang → Rp30,3 miliar
- Turap dan Box Culvert pada ruas Jalan Simpang Ombau – Juaq Asa – Linggang Amer – Mencelew → Rp185,5 miliar
Total: ± Rp1.185.534.835.002
Akankah Skandal Ini Dibuka Terang-Terangan?
Hertin menutup pernyataannya dengan peringatan keras:
“Publik Kutai Barat sudah terlalu lama menunggu. Proyek ini semestinya jadi penggerak ekonomi daerah, bukan kuburan anggaran. Kalau tidak ada ketegasan dan transparansi, ini hanya akan jadi ladang baru penyimpangan.”
Pemerintah harus berhenti bermain di area abu-abu. Sebab ketika dokumen menghilang, anggaran dikeluarkan tanpa kejelasan, dan proyek mangkrak lebih dari satu decade, yang muncul bukan hanya kecurigaan, tapi juga rasa kehilangan kepercayaan rakyat.
Penulis: Johansyah.